Iya.. saya pernah punya pengalaman berharga gegara terjangkit penyakit TB. Tulisan ini juga sebagai pelengkap kisah tentang Cerita Hijrah dari Jogja ke Bogor yang kebetulan setelah memulai rencana baru di Bogor, saya malah kena penyakit Tuberkulosis.
Apa itu TB? Tuberkulosis atau TB adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri tersebut dapat masuk ke dalam paru-paru dan mengakibatkan pengidapnya mengalami sesak napas disertai batuk kronis.
Awal Cerita Terkena Penyakit Tuberkulosis (TB)
Seperti yang pernah saya ceritakan sebelumnya, bahwa untuk memulai rencana baru di Kota Bogor saya sebelumnya sempat melakukan survey/riset kecil-kecilan agar lebih memantapkan segala kemungkinan serta peluang yang bisa saya jalan di sana.
Saya sendiri sebelumnya memang tidak pernah merasakan gejala bahwa ada kemungkinan terkena penyakit tuberkolosis, seperti misalnya:
- Batuk darah atau dahak (dahak)
- Batuk yang berlangsung lebih dari 3 minggu.
- Sakit dada.
- Mudah lelah dan lemah.
- Demam.
- Panas dingin.
- Keringat malam.
- Kehilangan nafsu makan.
Ada hal yang saya alami setelah kurang lebih 2 bulan tinggal di Bogor, yaitu sering kehilangan kesadaran secara tiba-tiba dalam waktu beberapa detik, ini jika diibaratkan mirip dengan micro sleep saat berkendara karena kelelahan akut.
Dan setelah melakukan pemeriksaan ke fasilitas kesehatan umum terdekat, kemungkinan yang dialami gegara gejala tersebut adalah menurunnya hemoglobin (HB) dalam tubuh saya. Ini juga diperkuat dengan tanda atau ciri khusus berupa memutihnya kelopak mata bagian dalam.
Maka berlanjutlah aktivitas sembari meminum obat yang diberikan dan ditambah dengan asupan buah bit untuk membantu mempercepat bertambahnya kadar HB di tubuh saya.
Beberapa hari berlalu, barulah sering mengalami demam dan juga kehilangan kesadaran. Bahkan saya pernah ketika sedang dikunjungi keluarga lalu saat sedang mengobrol tiba-tiba ternyata saya pingsan.
Akhirnya, saya berangkat kembali untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Saat itulah salah satu Dokter menyarankan saya untuk dirontgen dan periksa dahak. Barulah setelah keluar hasilnya saya terindikasi terkena penyakit TB (Tuberkulosis). Saya sempat sedikit heran.. kok bisa, ya?! padahal kan tidak ada gejala yang mengacu ke penyakit tersebut.
Tapi ya sudahlah.. akhirnya saya menerima hasil periksa kesehatan tersebut karena toh yang memeriksa adalah orang-orang ahli dan berkompeten dalam bidang kesehatan.
dokpri: RSUD Bogor |
Akhirnya Harus Menjalani Rawat Inap
Karena terindikasi TB, maka akhirnya saya disarankan oleh pihak medis untuk segera menjalani rawat inap untuk observasi dan penanganan lebih lanjut. Setelah berdiskusi cukup alot dengan isteri (saya sebelumnya tidak mau ke Rumah Sakit), barulah saya setuju untuk akhirnya menjalani rawat inap.
Singkat cerita setelah mempersiapkan dan mengurus ini dan itu, maka berangkatlah ke RSUD Bogor. Tujuan awal saya sebenarnya memang mau rawat inap tapi sebatas pemulihan saja karena nanti kan diberikan infus dan lain sebagainya, setelah itu baru pulang kembali ke rumah untuk menjalankan aktivitas seperti yang telah direncanakan jauh hari sebelumnya.
Namun kenyataan berbeda, saat berangkat ke RSUD kebetulan juga kondisi tubuh sedikit mengalami penurunan dan akhirnya langsung dirujuk ke UGD. Setelah mendapat kamar, kemudian dilakukan observasi secara menyeluruh termasuk periksa darah lengkap.
Barulah kemudian ternyata benar ada indikasi terkena tuberkolosis dan harus berpindah ke ruangan isolasi khusus. Sejalan waktu yang berlalu, ditambah juga dengan keluar hasil pemeriksaan ada indikasi diabetes dan akhirnya saya harus menerapkan metode perawatan dengan insulin.
Keluar RSUD Setelah Sekira 2 pekanan
Saya tidak ingat secara pasti, namun yang jelas sepertinya tidak kurang dari 2 pekan saya menjalani rawat inap di ruang khusus isolasi untuk pasien tuberkulosis di RSUD Bogor. Ada 2 Dokter yang menangani saya waktu itu, dokter ahli paru dan dokter ahli penyakit dalam.
Alhamdulillaah, walaupun masih dalam keadaan lemas (akibat kurang terkena sinar matahari dan kurang bergerak), akhirnya saya bisa selesai menjalani perawatan rawat inap. Namun kenyataannya memang masih perlu rawat jalan dan kondisi tubuh sepertinya masih lemas belum siap untuk diajak "bertempur" melawan ganasnya kehidupan :)
Dan selama 6 bulan setelah keluar dari Rumah Sakit, saya harus menjalani terapi minum obat untuk tuberkulosis. Tidak boleh terlewat seharipun! jika lolos kelewatan atau lupa minum obat, maka saya harus mengulangnya kembali dengan dosis yang kemungkinan bisa lebih tinggi dan waktu yang lebih lama, konon katanya ada yang bisa hingga setahun lamanya.
Saya Memaksa Untuk Bisa Beraktivitas Produktif Sebelum 6 Bulan!
Bandel! mungkin seperti itu jika orang lain bilang. Tapi bagaimana lagi? saya bukan seorang yang sudah mempersiapkan secara ekonomi jika harus sakit dan berdiam diri menjalani perawatan tanpa melakukan aktivitas produktif yang bisa menghasilkan.
Orang sakit juga butuh uang untuk makan, beli obat atau bahkan beli-beli yang lain untuk kebutuhan keseharian. Oh iya.. saya sempat pakai pempers karena tidak kuat dan sulit berjalan saat harus ke kamar mandi.
Maka jadilah saya memaksa untuk bisa ngapa-ngapain lagi setelah kurang lebih dalam waktu 3-4 bulanan menjalani terapi obat tuberkolosis. Pendapat saya sederhana, yang terpenting badan bisa saya paksa kuat untuk beraktivitas dan jangan sampai lupa minum obat, itu saja.. simpel!
Walaupun dilarang, akhirnya tetap saya mulai dengan mengawalinya dengan sering berjemur saat pagi hari sembari melakukan olahraga kecil supaya tubuh bisa terbiasa untuk bergerak kembali.
Dan Alhamdulillaah... selang satu hingga dua pekan, akhirnya saya bisa membuka laptop untuk mencoba melakukan segala peluang yang ada dan juga mulai buka jualan kembali di warung bersama isteri.
Akhirnya Dinyatakan Sembuh!
Alhamdulillaah.. sembari melakukan aktivitas sedikit-demi-sedikit tanpa melupakan terapi untuk minum obat setiap hari selama 6 bulan. Akhirnya saya dinyatakan sembuh setelah melewati tes evaluasi pemeriksaan di bulan kedua, kelima dan akhirnya terakhir di bulan keenam.
dokpri: dinyatakan sembuh |
Sebagai ikhtiar lanjutan untuk tetap sehat dan berharap tidak terkena penyakit tuberkulosis kembali saya dan isteri setiap pekan melakukan jalan sehat dengan jarak tempuh hingga maksimal 5 kilometer dan juga mengurangi kebiasaan minum kopi instan dan merokok.
Penutup
Itulah cerita singkat saya saat terkena penyakit TB (Tuberkulosis) di Bogor dan pengalaman saat menjalani terapi hingga kemudian bisa dinyatakan sembuh. Tidak semua secara detail saya ceritakan, namun hanya sebagian besar dan gambaran secara umum dengan maksud dapat memberikan informasi berguna kepada pembaca yang kebetulan menemukan konten cerita saya ini.
Semoga bisa menjadi manfaat. Tetap sehat dan bahagia setiap saat!
Allamdulillah bisa sembuh
BalasHapustidak kebayang betapa sakitnya saat batuk
tenggorokan pasti gatal banget
Mungkin begitu, tapi saya tidak ada gejala batuk :D
HapusAlahamdulillah, kasus ini terjadi pada anak saya menjelang Ujian Akhir, sampai harus ujian di rumah. November 2023 ga bisa saya lupakan, keluhan anak waktu itu cape dan demam. Awalnya berobat biasa, tapi ga kunjung sembuh, sampai sesak yang berat dan batuk (ngahanyu kalau kt orang sunda mah). Akhirnya dibawa ke RSUD, dan terdapat cairan di paru sampai disedot. Berobat 6 bulan juga. Akhirnya sembuh dan sekarang sudah mulai perkuliahan di Unjani.. jadi curhat eung :)
BalasHapusUluh.. kantos geuningan? Alhamdulillaah kalau sekarang sudah sehat kembai seperti sediakala. Semoga sehat terus untuk kang Ismet dan seluruh kulawargi, Aamiin.
Hapusmuhun kang.. tadina pan dipondok, tuangna sakasampeurna, seueur kegiatan panginten. Alhamdulillah... amin pangdu'ana
Hapus